Sederet Biang Kerok Dolar AS Tembus Level Rp 16.400
Saturday, June 22, 2024       15:17 WIB

Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyampaikan beberapa faktor penyebab nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar rupiah sempat melemah 5,92% terhadap dolar AS pada Desember 2023 lalu.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah ini disebabkan oleh faktor global dan domestik. Dari sisi global, Perry menyebut masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
"Terutama berkaitan dengan ketidakpastian arah penurunan Fed Fund Rate AS, penguatan mata uang dolar AS secara luas, dan masih tingginya ketegangan geopolitik," kata Perry dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (20/6/2024).
Sementara dari sisi domestik, dia menilai tekanan rupiah disebabkan oleh kenaikan permintaan valas oleh korporasi, termasuk repatriasi dividen. Selain itu, adanya persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan mengakibatkan sentimen sehingga semakin menekan nilai tukar rupiah.
Meski begitu, pelemahan rupiah dinilai lebih baik dibandingkan pelemahan won Korea Selatan, baht Thailand, peso Meksiko, real Brasil, dan yen Jepang yang masing-masing melemah 6,78%, 6,92%, 7,89%, 10,63% dan 10,78%.
"Ke depan nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak stabil sesuai komitmen BI untuk terus menstabilkan nilai tukar Rupiah, serta didukung oleh aliran masuk modal asing, menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik," imbuhnya.
Seperti diketahui, rupiah sempat menembus level Rp 16.400 terhadap dolar AS. Mengutip data RTI Jumat (21/6/2024) pagi, dolar AS menguat dan berada di level tertingginya Rp 16.439 dan terendahnya Rp 16.439.
BI memastikan pihaknya akan terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter termasuk peningkatan intervensi di pasar valas, serta penguatan strategi operasi moneter pro market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia ( SRBI ), Sekuritas Valas Bank Indonesia ( SVBI ) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

Sumber : DETIK FINANCE