-
BRI (BBRI) November 2025: Kredit Menguat, Laba Masih Turun
Tuesday, December 23, 2025 09:13 WIB
JAKARTA, investor.id -PT Bank Rakyat Indonesia Tbk () atau BRI membukukan laba bersih bank only senilai Rp 4,38 triliun atau -0,55% month on month (mom) pada November 2025. Sementara laba bersih 11M25 atau Januari-November 2025 mencapai Rp 45,44 triliun atau -9,12% year on year (yoy).
Mengacu laporan keuangan yang terbit pada Senin (22/12/2025), kinerja positif dicatatkan dari penyaluran kredit menguat, biaya kredit masih relatif terjaga, dan sedikit perbaikan pada margin seiring penurunan beban bunga. Sementara laba bersih masih turun meski lajunya berhasil ditahan lebih dalam, sementara likuiditas mulai mengetat.
Penyaluran kredit BRI hingga November 2025 tercatat sebesar 7,16% yoy menyentuh Rp 1.306,53 triliun. Pertumbuhan kredit ini dalam tren menguat dan masuk ke rentang target manajemen 7-9% untuk pertama kalinya dalam tahun ini.
Dari kinerja tersebut, pendapatan bunga bersih ( net interest income /NII) naik 2,50% yoy menjadi Rp 103,40 triliun pada 11M25. Hasil positif berkat pendapatan bunga dengan pertumbuhan 1,27% yoy, meninggalkan beban bunga yang -1,38% yoy.
Perolehan itu sekaligus mengindikasikan mulai terjadi pemulihan margin bunga bersih ( net interest margin /NIM) yang raup . NIM secara bulanan naik 66 basis poin (bps), meskipun masih lebih rendah 6 bps secara tahunan hingga November.
NIM secara bulanan juga menjadi yang terbesar selama paruh kedua tahun ini. Adapun manajemen BRI menaruh sasaran NIM yang cukup tinggi yaitu 7,3-7,7% untuk sepanjang tahun.
Laba BRI juga masih tertekan seiring kinerja pendapatan komisi/ fee yang belum optimal. Bank yang baru berganti logo guna lebih menjadi relevan ini mencatat pendapatan komisi/ fee senilai Rp 18,71 triliun atau -8,04% yoy.
Sedangkan laju pencadangan relatif terjaga setelah mengalami lonjakan tinggi pada awal tahun. Biaya pencadangan dijaga dengan pertumbuhan 6,53% yoy menjadi Rp 37,84 triliun. Ini juga yang membuat rasio cost of credit (CoC) masih bisa ditahan di level 3,29% atau sedikit di atas sasaran 3-3,2%.
Likuiditas Mengetat, Meski Baru Disuntik Rp 80 T
Strategi pendanaan BRI masih berlanjut untuk terus menyedot dana murah dan mengurangi dana mahal. Tapi langkah ini membuat kinerja dana pihak ketiga (DPK) hanya mampu bergerak 5,28% yoy menjadi 1.459,98 triliun, tertinggal dari perkembangan kredit.
Secara rinci, penempatan dana masyarakat di giro BRI mencapai Rp 440,79 triliun (+16,13% yoy), tabungan Rp 577,74 triliun (+7,93% yoy), dan deposito senilai Rp 441,45 triliun (-6,45). Sebagai catatan, kinerja deposito BRI itu dipaksa turun meskipun perseroan telah menerima penempatan dana pemerintah senilai Rp 80 triliun, yang diterima pada 12 September dan 10 November.
Dari komposisi tersebut, dana murah secara kontrak meningkat 11,34% yoy menembus Rp 1.018,53 triliun, rekor baru untuk BRI secara bank only . Sementara rasio dana murah () lanjut menguat menjadi sebesar 69,76%, bergerak masif 379 bps secara tahunan.
Meski demikian, perkembangan DPK yang tertinggal dari realisasi penyaluran kredit itu membuat kondisi likuiditas emiten bersandi ini menjadi semakin ketat. Indikator likuiditas yang terekam dalam loan to deposit ratio (LDR) bank meningkat ke level 89,49% per November 2025 atau tertinggi di sepanjang tahun ini.
BRI membukukan return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) masing-masing sebesar 2,61% dan 16,55%, termoderasi seiring penurunan laba bersih perseroan.
Pada perdagangan Senin (22/12/2025), saham turun tipis 0,27% menjadi sebesar 3.760. Secara tahun berjalan (year to date/ytd), saham masih turun 7,84%.
Sumber : investor.id