Wall Street Terkoreksi di Tengah Sesi Fluktuatif, Saham Teknologi dan Keuangan Tertekan
Wednesday, December 31, 2025       06:02 WIB
  • Wall Street melemah akibat tekanan saham teknologi dan keuangan, meski jasa komunikasi menguat.
  • Pelemahan dinilai wajar sebagai reposisi portofolio; indeks utama tetap di jalur kenaikan bulanan.
  • Sentimen pasar hati-hati jelang libur, dengan fokus pada the Fed dan potensi Santa Claus rally.

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street berakhir di zona merah, Selasa, dalam sesi yang bergejolak, ketika penguatan saham jasa komunikasi gagal menahan tekanan jual di saham teknologi dan keuangan. Pelemahan saham keuangan turut membebani pergerakan Dow.
Indeks berbasis luas S&P 500 ditutup turun 9,50 poin atau 0,14% menjadi 6.896,24, Nasdaq Composite Index melemah 55,27 poin atau 0,23% ke posisi 23.419,08, sementara Dow Jones Industrial Average menyusut 94,87 poin atau 0,20% jadi 48.367,06, demikian laporan  Reuters  dan  Investing,  di New York, Selasa (30/12) atau Rabu (31/12) pagi WIB.
Meski terkoreksi tipis, S&P 500 dan Dow Jones tetap berada di jalur untuk mencatatkan kenaikan bulanan kedelapan secara beruntun, yang menjadi rangkaian penguatan bulanan terpanjang sejak 2017.
Saham sektor jasa komunikasi menjadi salah satu penopang utama S&P 500 pada sesi Selasa, dipimpin lonjakan saham Meta Platforms 1,1%. Raksasa teknologi tersebut mengumumkan rencana akuisisi startup kecerdasan buatan asal China, Manus, sebagai bagian dari percepatan integrasi teknologi AI canggih di platformnya seperti Facebook dan Instagram.
Sebaliknya, saham sektor teknologi informasi berakhir sedikit lebih rendah. Saham Apple turun 0,3% dan Nvidia melemah 0,4%, sementara Microsoft mencatatkan kenaikan tipis.
Sehari sebelumnya, saham berkapitalisasi besar ini memutus tren penguatan enam sesi berturut-turut, yang merupakan reli terpanjang sejak September. Pekan lalu, reli tersebut juga mendorong S&P 500 mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
"Kami memperkirakan laju pertumbuhan antara sektor teknologi dan sektor lainnya akan mulai menyatu tahun depan, sementara kesenjangan valuasi saat ini sangat lebar. Karena itu, reposisi portofolio sangat wajar terjadi," ujar Mark Hackett, Chief Market Strategist Nationwide.
Dia menambahkan bahwa pergerakan tersebut lebih mencerminkan penyeimbangan alokasi yang sehat dibandingkan aksi jual emosional di saham teknologi.
Volume perdagangan tetap tipis seiring pekan yang dipersingkat oleh libur, kondisi yang menurut analis berpotensi meningkatkan volatilitas pasar.
Tekanan tambahan pada Dow datang dari kejatuhan saham Goldman Sachs dan American Express.
Saham Citigroup turun 0,8% sehari setelah bank tersebut mengumumkan dewan direksi menyetujui penjualan unit bisnisnya di Rusia, AO Citibank, kepada Renaissance Capital. Transaksi tersebut diperkirakan menimbulkan kerugian sebelum pajak sekitar USD1,2 miliar, yang sebagian besar terkait dengan penyesuaian nilai tukar mata uang.
"Kami menilai investor akan melihat ini sebagai item non-inti dan lebih fokus pada fakta bahwa penyelesaian salah satu masalah lama Citi semakin mendekati garis akhir, yang merupakan hal positif bagi proses transformasi perusahaan," kata analis Piper Sandler, R. Scott Siefers, dalam catatannya.
Di tengah pergerakan pasar yang cenderung datar, sebagian investor tetap menantikan potensi terjadinya "Santa Claus rally", yakni kecenderungan S&P 500 mencatatkan kenaikan pada lima hari perdagangan terakhir di akhir tahun dan dua hari pertama di Januari, sebagaimana dicatat dalam Stock Trader's Almanac.
Dari sisi kebijakan moneter, risalah rapat Federal Reserve menunjukkan bank sentral Amerika Serikat baru menyepakati pemangkasan suku bunga pada pertemuan Desember setelah melalui perdebatan yang mendalam mengenai berbagai risiko terhadap perekonomian domestik.
The Fed dijadwalkan kembali menggelar rapat pada 27-28 Januari, dengan pelaku pasar saat ini memperkirakan suku bunga acuan akan dipertahankan.
Secara tahunan, S&P 500 melonjak sekitar 17% sepanjang 2025. Reli tersebut didorong antusiasme investor terhadap kecerdasan buatan, yang membuat indeks acuan AS itu unggul tipis dibandingkan indeks STOXX 600 Eropa, meski sebelumnya sempat terjadi diversifikasi keluar dari saham Wall Street akibat isu sengketa perdagangan.
Di sisi lain, Rusia menyatakan akan memperkeras posisi negosiasinya setelah menuduh Kyiv menyerang sebuah kediaman presiden Rusia. Meredupnya harapan tercapainya kesepakatan damai turut menopang harga minyak, sehingga subindeks energi S&P 500 naik 0,8% dan menjadi salah satu sektor dengan kinerja terbaik.
Di Bursa New York ( NYSE ), jumlah saham yang turun sedikit lebih banyak dibandingkan yang naik dengan rasio 1,06 banding 1. Tercatat 190 saham mencetak level tertinggi baru dan 80 saham membukukan level terendah baru.
Di Nasdaq, 1.780 saham menguat dan 2.913 saham melemah, dengan rasio penurunan terhadap kenaikan sebesar 1,64 banding 1.
S&P 500 mencetak tiga level tertinggi baru dalam 52 minggu dan satu level terendah baru, sementara Nasdaq Composite membukukan 33 level tertinggi baru dan 205 level terendah baru.
Volume perdagangan di seluruh bursa Wall Street mencapai 12,63 miliar saham, lebih rendah dibandingkan rata-rata 20 sesi terakhir yang mencapai 16,03 miliar saham. (Reuters/Investing/AI)
Saham berkinerja terbaik di Dow
-Unitedhealth Group (0,98%)
-Chevron Corp (0,88%)
-Boeing Co (0,58%)
Saham berkinerja terburuk
-International Business Machines (-1,21%)
-Goldman Sachs Group Inc (-0,87%)
-Walmart Inc (-0,54%)
Saham berkinerja terbaik di S&P 500
-The AES Corporation (2,62%)
-Occidental Petroleum Corporation (2,60%)
-Molina Healthcare Inc (2,47%)
Saham berkinerja terburuk
-Enphase Energy Inc (-2,84%)
- EPAM Systems Inc (-2,52%)
-Moderna Inc (-2,47%)
Saham berkinerja terbaik di Nasdaq
-Baiya International Group Inc (2.368,42%)
-Intelligent Living Application Group Inc (768,82%)
-Ekso Bionics Holdings Inc (93,77%)
Saham berkinerja terburuk
-Triller Group Inc (-78,34%)
-SMX Security Matters Ord Shs Class A (-39,44%)
-BNB Plus Corp (-30,00%)

Sumber : Admin