Wall Street Terjun Bebas Akibat Data Terbaru Picu Kekhawatiran Inflasi
Saturday, March 29, 2025       07:02 WIB

Ipotnews - Saham-saham di Wall Street ditutup merosot tajam pada Jumat (28/3) di akhir pekan ini. Aksi jual besar-besaran terhadap saham teknologi berat seperti Amazon dan Microsoft, setelah data AS memperkuat kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi yang lemah dan inflasi tinggi di tengah rencana kenaikan tarif oleh pemerintahan Trump.
Belanja konsumen AS pada Februari pulih lebih lambat dari perkiraan, sementara indikator harga inti mencatat kenaikan terbesar dalam 13 bulan terakhir. Survei Universitas Michigan juga menunjukkan ekspektasi inflasi konsumen untuk 12 bulan ke depan melonjak ke level tertinggi dalam 2,5 tahun terakhir pada Maret, dengan proyeksi inflasi yang tetap tinggi bahkan setelah periode tersebut.
Data ini memicu kekhawatiran bahwa serangkaian pengumuman tarif oleh Presiden AS Donald Trump sejak menjabat pada Januari akan mendorong kenaikan harga barang impor, memicu inflasi, dan menghalangi Federal Reserve untuk memotong suku bunga.
Kekhawatiran inflasi dan tarif membuat saham-saham perusahaan bernilai tinggi di Wall Street anjlok. Saham Apple turun 2,7%, Microsoft merosot 3%, dan Amazon terpuruk 4,3%.
"Salah satu peringatan terbesar bagi investor adalah dampak inflasi dari tarif belum terlihat dalam data, yang membuat kami yakin ini adalah ketenangan sebelum badai tarif. Inflasi kemungkinan akan terus naik dalam beberapa bulan ke depan," kata Greg Bassuk, CEO AXS Investments di New York.
Indeks S&P 500 turun 1,97% ke level 5.580 poin, sementara Nasdaq jatuh 2,70% ke 17.322 poin. Dow Jones Industrial Average merosot 1,69% ke 41.583 poin.
Sepuluh dari 11 sektor di S&P 500 mengalami penurunan, dengan layanan komunikasi terpuruk 3,81%, diikuti oleh konsumen diskresioner yang turun 3,27%.
Berdasarkan fed funds futures, pasar memprediksi 76% kemungkinan Fed akan memotong suku bunga 25 basis points pada pertemuan Juni. Dengan penurunan pada Jumat ini, S&P 500 telah turun sekitar 9% dari rekor tertingginya pada 19 Februari, sementara Nasdaq terpangkas 14% dari puncaknya pada 16 Desember.
"Masalahnya adalah kita tidak tahu aturan mainnya, dan dunia bisnis sangat kesulitan menghadapi hal ini," ujar Bob Doll, CEO Crossmark Investments. "Sebagian kelemahan ekonomi yang kita alami--dan mungkin akan bertambah--adalah akibat sikap individu dan pelaku bisnis yang memilih berhati-hati karena ketidakpastian masa depan."
Indeks perbankan yang sensitif terhadap suku bunga turun 2,3%, sementara indikator volatilitas (.VIX) melonjak hampir 3 poin ke level tertinggi dalam seminggu.
Saham CoreWeare , perusahaan infrastruktur AI berbasis Nvidia, dibuka hampir 3% di bawah harga penawaran pada debutnya di Nasdaq. Debut buruk ini bisa memupus harapan pemulihan pasar IPO, terutama di tengah gejolak tarif.
Kebijakan Trump memberlakukan tarif 25% pada impor mobil mulai pekan depan kembali menekan saham otomotif untuk hari kedua, dengan General Motors turun 1,1% dan Ford (F.N) anjlok 1,8%.
Secara mingguan, S&P 500 turun 1,5%, Nasdaq merosot 2,6%, dan Dow kehilangan 1%. Perhatian kini beralih ke putaran tarif baru yang akan diumumkan pemerintahan Trump pada 2 April, dengan sinyal bahwa kebijakan ini mungkin berbeda dari skema *tit-for-tat* yang sebelumnya dijanjikan.
Saham Lululemon Athletica terjun bebas 14% setelah produsen pakaian olahraga itu memangkas proyeksi tahunan karena ketidakpastian tarif. Sebaliknya, saham tambang Harmony Gold dan Gold Fields melonjak 9,5% dan 4,5% berkat kenaikan harga emas imbas kekhawatiran perang dagang.
S&P 500 menuju penurunan triwulanan pertama dalam enam kuartal terakhir, sementara Nasdaq berpotensi mengalami koreksi triwulanan terdalam sejak 2022. UBS Global Wealth Management menurunkan target akhir tahun S&P 500 dari 6.600 menjadi 6.400 poin.
Saham Wolfspeed ambruk 52% sehari setelah perusahaan chip ini mengangkat CEO baru di tengah kesulitan keuangan. Rasio saham turun vs. naik di S&P 500 mencapai 4,5:1, dengan 10 rekor tertinggi dan 23 terendah baru. Volume perdagangan relatif rendah di 14,3 miliar saham, dibanding rata-rata 20 sesi sebelumnya sebesar 16,2 miliar saham.
(reuters)

Sumber : admin

berita terbaru
Wednesday, Apr 02, 2025 - 15:16 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham GOOD, Beli
Wednesday, Apr 02, 2025 - 15:10 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham AKRA, Beli
Wednesday, Apr 02, 2025 - 15:09 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham AMRT, Jual
Wednesday, Apr 02, 2025 - 15:08 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham ISAT, Beli
Wednesday, Apr 02, 2025 - 11:42 WIB
IHSG Anjlok 8% Sepanjang Kuartal I 2025