Trader Kembali Bidik Saham Teknologi, Bursa Wall Street Melesat
Wednesday, October 09, 2024       04:37 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street berakhir di zona hijau, Selasa, memulihkan sebagian kerugian sesi sebelumnya, karena investor kembali membeli saham teknologi dan mengalihkan fokus mereka ke data inflasi mendatang serta dimulainya musim laporan keuangan kuartal ketiga.
Indeks berbasis luas S&P 500 ditutup menguat 55,19 poin, atau 0,97%, menjadi 5.751,13 poin, sementara Nasdaq Composite Index melesat 259,01 poin, atau 1,45%, menjadi 18.182,92, sedangkan Dow Jones Industrial Average naik 126,13 poin, atau 0,30%, menjadi 42.080,37, demikian laporan  Reuters  dan  Investing,  di New York, Selasa (8/10) atau Rabu (9/10) pagi WIB.
Ketiga indeks utama itu mengalami aksi jual pada sesi Senin, masing-masing kehilangan sekitar 1%, karena tertekan oleh melonjaknya imbal hasil US Treasury, meningkatnya ketegangan Timur Tengah, dan evaluasi ulang ekspektasi suku bunga Amerika Serikat.
Namun, penurunan imbal hasil US Treasury, Selasa, berarti investor tertarik pada saham dengan pertumbuhan tinggi, yang diuntungkan dari suku bunga yang lebih rendah untuk mendorong pertumbuhannya, seperti perusahaan teknologi.
Indeks teknologi informasi memimpin keperkasaan di antara sektor S&P 500, melambung 2,1%, dibantu kenaikan saham Palantir Technologies dan Palo Alto Networks, masing-masing 6,6% dan 5,1%.
Raksasa teknologi juga menguat, membantu mendorong Nasdaq dan S&P 500 kembali ke atas level yang mereka capai pekan lalu - meski hanya sebagian kecil, dalam kasus yang terakhir.
Nvidia menjadi pilihan dari apa yang disebut sebagai saham teknologi "Magnificent Seven", melejit 4,1% untuk kenaikan persentase satu hari terbesar dalam sebulan. Selain itu, Apple, Tesla, dan Meta Platforms semuanya melonjak antara 1,4% dan 1,8%.
Kendati penurunan imbal hasil US Treasury membantu saham teknologi, kebijakan suku bunga tetap menjadi panduan bagi trader dan pasar ekuitas Wall Street.
Investor terpaku sepanjang tahun pada Federal Reserve dan bagaimana rencananya untuk memberikan serangkaian pemotongan suku bunga yang telah lama diharapkan, dengan setiap set data ekonomi terbaru dipelajari untuk mengetahui bagaimana hal itu dapat memengaruhi pemikiran bank sentral.
Rilis data pekan lalu, termasuk laporan ketenagakerjaan yang lebih kuat dari perkiraan, Jumat, mendorong investor untuk sedikit memangkas spekulasi pemotongan suku bunga mereka, meski lebih condong ke arah pelonggaran 25 basis poin pada pertemuan the Fed berikutnya di November, dibandingkan 50 bp.
Kini, trader memperkirakan peluang hampir 89% untuk pemotongan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan November, menurut FedWatch Tool CME Group.
Pasar sekarang menunggu data indeks harga konsumen (CPI), yang akan dirilis Kamis, untuk petunjuk berikutnya terkait jalur suku bunga.
"Saya pikir laporan pasar tenaga kerja (Jumat) dan laporan CPI secara gabungan adalah dua hal utama bagi Federal Reserve menjelang pertemuan berikutnya," kata Jason Pride, Chief of Investment Strategy and Research Glenmede.
Dia menambahkan, jika CPI berada di kisaran yang diharapkan, itu akan menandakan penurunan 25 bp pada November.
Sebagian besar sektor S&P menguat, dengan dua di antaranya berakhir di wilayah negatif. Salah satunya adalah sektor material, yang turun 0,4% karena harga logam merosot akibat memudarnya optimisme atas langkah-langkah stimulus China.
Saham perusahaan China yang melantai di Wall Street juga tersungkur, mengikuti kejatuhan saham domestik. Saham Alibaba Group, JD.com, dan PDD Holdings merosot antara 5,4% dan 7,5%.
Namun, sektor energi mencatat penurunan terberat, anjlok 2,6% dalam kerugian satu hari terbesar sejak 20 Agustus, karena harga minyak melorot menyusul reli sesi Senin.
Laporan keuangan kuartal ketiga juga menjadi fokus, dengan sejumlah bank kakap dijadwalkan untuk merilisnya Jumat ini. Tingkat pertumbuhan laba yang diperkirakan untuk S&P 500 adalah 5%, menurut estimasi LSEG .
PepsiCo melejit 1,9% setelah produsen minuman ringan itu memangkas perkiraan untuk pertumbuhan penjualan tahunan, tetapi melaporkan laba per saham yang disesuaikan di atas ekspektasi.
Volume di bursa Wall Street tercatat 11,57 miliar saham, dibandingkan rata-rata 12,1 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir. (ef)
Saham berkinerja terbaik di Dow
-Intel (4,20%)
-Salesforce Inc (2,46%)
-Travelers (1,93%)
Saham berkinerja terburuk
-Caterpillar (-2,58%)
-Dow (-2,58%)
-American Express (-1,71%)
Saham berkinerja terbaik di S&P 500
-Palantir (6,56%)
-Edwards Lifesciences (6,20%)
-Palo Alto Networks (5,09%)
Saham berkinerja terburuk
-Marathon Petroleum (-7,66%)
-Valero Energy (-5,31%)
-Super Micro Computer (-5,01%)
Saham berkinerja terbaik di Nasdaq
-Agrify (1.470,73%)
-Vision Marine Technologies (675,35%)
-Laser Photonics (83,33%)
Saham berkinerja terburuk
-Vincerx Pharma (-41,62%)
-Cemtrex (-34,26%)
-Phoenix Motor (-33,24%)

Sumber : Admin