- Wall Street melemah di awal pekan, dipicu koreksi saham teknologi besar setelah reli dan rekor pekan lalu.
- Sektor teknologi, consumer, dan perbankan tertekan, sementara energi menguat mengikuti lonjakan harga minyak.
- Tren jangka menengah tetap positif, indeks masih menuju kinerja bulanan dan tahunan yang solid.
Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street berakhir di zona merah, Senin, mengawali pekan terakhir tahun ini dengan nada hati-hati. Pelemahan terjadi seiring saham teknologi berkapitalisasi besar terkoreksi dari reli pekan lalu yang sempat mendorong indeks S&P 500 mencetak rekor tertinggi.
Indeks berbasis luas S&P 500 ditutup turun 24,20 poin atau 0,35 persen menjadi 6.905,74, Nasdaq Composite Index melemah 118,75 poin atau 0,50 persen jadi 23.474,35, dan Dow Jones Industrial Average menyusut 249,04 poin atau 0,51 persen ke posisi 48.461,93, demikian laporan Reuters dan Investing, di New York, Senin (29/12) atau Selasa (30/12) pagi WIB.
Sektor teknologi informasi menjadi penekan utama S&P 500, dengan sebagian besar saham teknologi dan yang terkait kecerdasan buatan (AI) bergerak ke bawah. Saham Nvidia melorot 1,2 persen, sementara Palantir Technologies anjlok 2,4 persen.
"Koreksi saham teknologi saat ini belum menandakan berakhirnya dominasi sektor tersebut," kata Direktur Haverford Trust, Hank Smith.
Menurutnya, pelemahan justru berpotensi menjadi peluang beli, mengingat valuasi saham-saham teknologi papan atas--di luar Tesla--masih dinilai wajar jika dibandingkan laju pertumbuhan, keunggulan bisnis, dan kekuatan fundamental keuangannya.
Saham Tesla ambles 3,3 persen setelah mencetak rekor tertinggi pekan lalu, dan turut menekan sektor consumer discretionary.
Di sisi lain, sektor material juga melemah, dipicu kejatuhan saham perusahaan tambang logam mulia setelah harga perak turun tajam usai menembus USD80 per ons untuk pertama kalinya, sementara harga emas juga terkoreksi setelah mencetak rekor berturut-turut pekan lalu.
Berbeda arah, saham sektor energi menguat hampir 1 persen, mengikuti lonjakan harga minyak sekitar 2 persen.
Saham perbankan turut melemah setelah mencatat reli kuat sepanjang tahun ini. Citigroup, yang menjadi salah satu saham dengan kinerja terbaik tahun ini berkat kemajuan dalam menyelesaikan persoalan regulasi, merosot 1,9 persen. Meski demikian, saham bank tersebut masih mencatatkan kenaikan hampir 68 persen sejak awal tahun.
Tekanan jual muncul setelah S&P 500 berada kurang dari 1 persen dari level psikologis 7.000 poin, sementara Dow Jones mencetak rekor penutupan tertinggi pekan lalu. Sejumlah investor sebelumnya berharap munculnya "Santa Claus rally", fenomena musiman di mana S&P 500 biasanya mencatat kenaikan pada lima hari perdagangan terakhir di akhir tahun dan dua hari pertama Januari.
Meski melemah di awal pekan, ketiga indeks utama Wall Street masih berada di jalur mencatatkan kinerja bulanan yang solid.
Dow Jones dan S&P 500 bahkan berpeluang membukukan kenaikan bulanan selama delapan bulan berturut-turut. Tren bullish yang dimulai sejak Oktober 2022 juga masih terjaga, meskipun kekhawatiran terkait valuasi tinggi saham teknologi dan potensi volatilitas pasar tetap membayangi.
Dengan optimisme investor terhadap perkembangan AI, prospek pemangkasan suku bunga, serta ketahanan ekonomi Amerika Serikat, ketiga indeks utama diperkirakan membukukan kenaikan tahunan untuk tahun ketiga berturut-turut.
Mayoritas analis juga masih memproyeksikan pasar saham akan mencatatkan penguatan pada 2026.
Chief Global Equities Strategist Goldman Sachs, Peter Oppenheimer, dalam catatan terbarunya menyebutkan bahwa dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi global yang berlanjut dan kebijakan moneter yang lebih longgar dari Federal Reserve, kemunculan koreksi besar atau bear market tanpa adanya resesi akan menjadi sesuatu yang tidak lazim.
Dari sisi makroekonomi, perhatian pasar pada pekan yang relatif sepi data ini akan tertuju pada rilis risalah rapat terakhir Federal Reserve serta data mingguan klaim pengangguran AS.
Secara tahunan, indeks S&P 500 melonjak sekitar 17 persen, didorong euforia pemanfaatan AI yang membantu indeks acuan Wall Street tersebut melampaui kinerja indeks STOXX 600 Eropa, meski sempat terjadi diversifikasi investor keluar dari saham Amerika pada awal tahun.
Di luar pergerakan indeks, saham DigitalBridge melambung 9,6 persen setelah SoftBank Group Jepang mengumumkan rencana akuisisi perusahaan infrastruktur digital tersebut dalam kesepakatan senilai sekitar USD4 miliar.
Jumlah saham yang turun melebihi yang naik dengan rasio 1,63 banding 1 di NYSE . Terdapat 154 rekor tertinggi baru dan 83 rekor terendah baru di NYSE .
Di Nasdaq, 1.386 saham menguat dan 3.305 saham melemah, dengan jumlah yang turun melebihi yang naik dengan rasio 2,38 banding 1.
Indeks S&P 500 mencatatkan 10 rekor tertinggi baru dalam 52 minggu dan 2 rekor terendah baru, sementara Nasdaq Composite membukukan 37 rekor tertinggi baru dan 249 rekor terendah baru.
Volume transaksi di bursa Wall Street mencapai 13,08 miliar saham, dibandingkan rata-rata 16,2 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir. (Reuters/Investing/AI)
Saham berkinerja terbaik di Dow
-Walmart Inc (0,72%)
-Chevron Corp (0,65%)
-Walt Disney Company (0,55%)
Saham berkinerja terburuk
-Goldman Sachs Group Inc (-1,61%)
-American Express Company (-1,50%)
-JPMorgan Chase & Co (-1,26%)
Saham berkinerja terbaik di S&P 500
-Micron Technology Inc (3,42%)
-eBay Inc (2,99%)
-Verisk Analytics Inc (2,00%)
Saham berkinerja terburuk
-Newmont Goldcorp Corp (-5,64%)
-Albemarle Corp (-3,62%)
-Tesla Inc (-3,27%)
Saham berkinerja terbaik di Nasdaq
-Republic Power Group Ltd (157,46%)
-Brand Engagement Network Inc (108,75%)
-Society Pass Inc (60,99%)
Saham berkinerja terburuk
-Mereo BioPharma Group PLC ADR (-87,65%)
-Ultragenyx (-42,32%)
-New Era Helium Inc (-41,08%)
Sumber : Admin