Rupiah Masih Melemah 1,4% Sepanjang Tahun Berjalan Akibat Ulah Trump
Tuesday, February 04, 2025       11:23 WIB

Ipotnews - Kekhawatiran serius atas kebijakan tarif impor yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, terhadap China, Kanada, dan Meksiko, menjadi penyebab utama kurs rupiah melemah 1,4% sepanjang tahun berjalan.
Mengutip data aplikasi IPOT Selasa (4/2) pukul 10.59 WIB, kurs rupiah ada di posisi Rp16.357 per dolar AS. Posisi tersebut melemah 225 poin atau 1,4% dibandingkan Senin (31/12/2024) yang berada di level Rp16.132 per dolar AS.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa kebijakan ini berdampak besar pada ekonomi global. "Pemerintah perlu berhati-hati dan mengevaluasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN ) yang saat ini di patok di angka Rp16.000 per dolar AS," kata Ibrahim saat dihubungi Ipotnews, hari ini.
Sebelumnya Presiden Donald Trump, mengumumkan tarif 25 persen untuk impor dari Kanada dan Meksiko, serta tambahan 10 persen untuk barang dari China. Ini menjadi sentimen negatif yang memperburuk kurs rupiah.
"Kebijakan ini mendapat kritik tajam dan ancaman tindakan balasan dari ketiga negara tersebut," ujar Ibrahim.
Ketegangan perang dagang yang meningkat, juga menjadi perhatian pemerintah dan Bank Indonesia, mengingat perekonomiannya sangat bergantung pada perdagangan internasional. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan BI memahami dampak kebijakan tarif AS terhadap perekonomian.
"Terutama dalam menghadapi potensi lonjakan inflasi," jelas Ibrahim.
Perang dagang yang terjadi itu dapat makin mempersulit Indonesia untuk melakukan ekspor. Sebab ketika perang dagang terjadi, negara itu akan mengurangi kegiatan produksi, sehingga bisa berdampak ke Indonesia selaku eksportir bahan baku.
Di samping itu, perang dagang tersebut juga dapat membuat negara lain menyasar Indonesia dalam melakukan impor sejumlah barang yang sebelumnya dikirim ke AS atau China. Hal itu memanfaatkan keterbukaan perekonomian Indonesia.
"Selain itu, perang dagang ini memperlemah ekspor Indonesia yang kemudian berdampak pada neraca perdagangan Indonesia," pungkas Ibrahim.
(Adhitya)

Sumber : admin