Pertumbuhan Ekonomi China Melambat di Kuartal II, Indeks Kompas100 Bisa Tertekan Minggu Ini
Tuesday, July 16, 2024       14:31 WIB

Ipotnews - Melambatnya pertumbuhan ekonomi China Kuartal II 2024 yang lebih besar dari ekspektasi pelaku pasar, bisa melemahkan pergerakan Indeks Kompas100 dalam jangka pendek dalam minggu ini.
Mengutip data aplikasi IPOT sejak akhir tahun lalu hingga Selasa (16/7) pukul 14.17 WIB, Indeks Kompas100 bergerak melemah dari 1.172 menjadi 1.134, turun 38 poin atau 3,3% secara year to date (YtD).
Namun dalam seminggu terakhir, Indeks Kompas100 menguat dari 1.127 menjadi 1.134, naik 7 poin atau 0,6%.
Community Lead PT IndoPremier Sekuritas, Angga Septianus mengatakan China adalah salah satu pasar terbesar untuk komoditas Indonesia, termasuk batu bara, minyak kelapa sawit, dan produk tambang lainnya. "Perlambatan ekonomi China dapat mengurangi permintaan untuk produk-produk ini, sehingga mengurangi volume ekspor yang berdampak kepada neraca dagang," kata Angga saat dihubungi Ipotnews siang ini.
Foreign Direct Investment dari China mungkin melambat, yang bisa mempengaruhi proyek-proyek infrastruktur dan investasi di berbagai sektor-sektor strategis di Indonesia. "Banyak perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Kompas100 memiliki hubungan bisnis yang signifikan dengan China, baik melalui ekspor maupun impor," ujar Angga.
Penurunan permintaan dari China bisa berdampak negatif pada kinerja perusahaan-perusahaan konstituen Kompas100. Terutama yang bergerak di sektor pertambangan, energi, dan komoditas. "Secara keseluruhan, perlambatan pertumbuhan ekonomi China kemungkinan akan menjadi sentimen negatif yang membebani Indeks Kompas100 sepanjang minggu ini," jelas Angga.
Angga memperkirakan investor mungkin akan berhati-hati dan cenderung mengambil langkah defensif hingga ada tanda-tanda stabilisasi atau peningkatan dari sisi ekonomi China.
Ekonomi China tercatat tumbuh 4,7% pada kuartal II 2024 secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini lebih lemah dari perkiraan para ekonom.
Melansir Bloomberg, Minggu (14/7), perlambatan laju Produk Domestik Bruto (PDB) China terburuk dalam lima kuartal terakhir karena melemahnya belanja masyarakat. Penjualan ritel naik pada level yang paling lambat sejak Desember 2022.
Mengutip CNN, upaya Presiden Xi Jinping pada sektor manufaktur dan teknologi tinggi untuk mendorong pertumbuhan China di era pasca pandemi menghadapi tantangan geopolitik. Salah satunya, lantaran calon presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji akan menaikkan tarif terhadap barang impor dari China jika ia terpilih kembali.
"Meningkatnya kemungkinan Trump menang untuk periode kedua, berarti bahwa Tiongkok akan memerlukan upaya kebijakan tambahan untuk meningkatkan permintaan domestiknya secara tepat waktu, karena risiko penurunan permintaan eksternal semakin besar," kata Ekonom Credit Agricole CIB Hong Kong Xiaojia Zhi.(Adhitya)

Sumber : admin