Pergeseran Rantai Pasokan Regional Dukung Upaya Indonesia Kembangkan Industri Baterai Kendaraan Listrik: Report JLL
Thursday, June 27, 2024       14:55 WIB

Ipotnews - Insentif yang diberikan Indonesia untuk mengembangkan industri baterai kendaraan listrik telah memacu peningkatan dramatsi investasi asing langsung (FDI) di sektor manufaktur. FDI melejit dari di bawah USD2 miliar pada tahun 2011 menjadi lebih dari USD20 miliar pada tahun lalu
Laporan terbaru perusahaan konsultan properti dan manajemen JLL menyebutkan, taruhan besar pada pembuatan baterai untuk kendaraan listrik (EV) membuahkan hasil, karena Indonesia menjadi salah satu penerima manfaat utama dari penyelarasan ulang dalam rantai pasokan regional.
Sebagai salah satu pemilik deposit nikel terbesar dunia - mineral utama dalam produksi baterai - untuk EV, insentif yang diberikan untuk EV berbasis baterai, keringanan pajak, dan izin 100 persen kepemilikan asing dinilai mendukung untuk mencapai ambisi pmerintah menjadi pemain global utama dalam rantai pasokan EV.
"EV dan rantai pasokan baterai menjadi sorotan utama Indonesia," kata Michael Ignatiadis, Kepala Strategi Manufaktur, Asia Pasifik di JLL. "Dari pertambangan hingga daur ulang, ini menjadi pendorong utama investasi di Indonesia," imbuhnya seperti dikutip The Business Times, Kamis (27/6).
Belum lama ini, produsen EV China, NETA Auto setuju untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mobil setir kanan untuk kebutuhan ekspor. Wakil Presiden NETA , Zhou Jiang, mengatakan perusahaan berkomitmen untuk memenuhi persyaratan komponen dari sumber lokal sebesar 60 persen sesuai dengan peraturan Indonesia.
Indonesia, kata Menteri Perindustrian Agus Kartasasmita, berambisi untuk memproduksi 600.000 kendaraan listrik pada tahun 2030. Selain kendaraan listrik, produsenChina juga berinvestasi di tekstil, logam dasar, bahan kimia dan farmasi, serta makanan.
Indonesia mencatat FDI sebesar Rp204,4 triliun rupiah pada kuartal pertama tahun 2024, kata Menteri Investasi Bahlil Lahadalia. "FDI yang terus tumbuh menunjukkan bahwa komunitas investasi global mempercayai Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo," katanya kepada wartawan awal tahun ini.
Kementerian mencatat bahwa 55 persen dari total FDI pada kuartal pertama masuk ke sektor manufaktur, dengan infrastruktur dan layanan menyumbang 31,7 persen.
FDI sangat penting bagi upaya Indonesia untuk meningkatkan produk domestik bruto di atas 5 persen karena negara ini berupaya menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan rantai nilai. Presiden terpilih Prabowo Subianto berjanji untuk mencapai pertumbuhan PDB sebesar 8 persen dalam waktu lima tahun. Untuk mewujudkan tujuannya, Indonesia perlu menarik lebih dari USD800 miliar dalam FDI selama lima tahun ke depan.
Meskipun berada pada lintasan pertumbuhan yang kuat, Indoneiperlu meningkatkan konektivitas infrastruktur dan produktivitas tenaga kerja agar lebih kompetitif, kata Ignatiadis dari JLL. "Mereka berada pada lintasan yang baik sehingga terserah Indonesia untuk memanfaatkannya sebaik-baiknya." (The Business Times)

Sumber : admin