Pasar Khawatirkan Permintaan China, Minyak Berjangka Melempem
Tuesday, July 16, 2024       03:55 WIB

Ipotnews - Harga minyak melemah, Senin, karena kekhawatiran terhadap permintaan dari importir utama China mengimbangi dorongan dari berita ekonomi Amerika, pembatasan pasokan OPEC +, dan ketegangan Timur Tengah yang sedang berlangsung.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 18 sen, atau 0,2%, menjadi USD84,85 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Senin (15/7) atau Selasa (16/7) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut 30 sen, atau 0,4%, menjadi USD81,91 per barel.
"Data China termasuk pengoperasian kilang dan impor minyak mentah tidak mendukung," kata analis UBS, Giovanni Staunovo. "Tetapi pertumbuhan permintaan di tempat lain masih sehat."
Perekonomian China tumbuh jauh lebih lambat dari perkiraan pada kuartal kedua karena penurunan sektor properti yang berkepanjangan dan ketidakamanan lapangan kerja menghambat pemulihan yang rapuh, sehingga menjaga ekspektasi bahwa Beijing akan perlu mengeluarkan lebih banyak stimulus.
Produksi kilang China merosot 3,7% sepanjang Juni dibandingkan tahun sebelumnya, turun selama tiga bulan karena maintenance yang direncanakan, sementara margin pemrosesan yang lebih rendah dan permintaan bahan bakar yang lesu mendorong pengilangan independen untuk mengurangi output.
Di Amerika, pasar fokus pada upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden Donald Trump, yang menurut beberapa kalangan dapat meningkatkan peluangnya untuk terpilih kembali.
Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, mengatakan pembacaan inflasi untuk kuartal kedua "menambah keyakinan" bahwa laju kenaikan harga akan kembali ke target bank sentral AS itu secara berkelanjutan, pernyataan yang menunjukkan peralihan ke pemangkasan suku bunga mungkin tidak akan terlalu jauh.
The Fed menaikkan suku bunga secara agresif pada 2022 dan 2023 untuk mengendalikan lonjakan inflasi. Biaya pinjaman meningkat bagi konsumen dan dunia usaha, memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan permintaan minyak.
Pasar memperhitungkan kemungkinan 94,4% untuk pemotongan suku bunga the Fed setidaknya 25 basis poin pada September, menurut FedWatch Tool CME Group, setelah berita minggu lalu bahwa harga konsumen periode Juni turun dalam basis bulanan untuk pertama kalinya dalam empat tahun.
Tensi Timur Tengah
Di Timur Tengah, ketegangan geopolitik terus mendukung harga minyak, meski kapasitas cadangan yang dimiliki Arab Saudi dan anggota Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) lainnya memiliki membatasi dukungan harga, kata analis.
Di Laut Merah, dua kapal diserang di lepas pantai kota pelabuhan Hodeidah, Yaman, dan satu kapal melaporkan mengalami beberapa kerusakan.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun sejak November, militan Houthi yang didukung Iran melancarkan serangan drone dan rudal di jalur pelayaran di Laut Merah dan Teluk Aden. Kelompok tersebut mengatakan tindakan ini merupakan bentuk solidaritas terhadap warga Palestina yang terkena dampak perang Israel di Gaza.
Di Irak, Kementerian Perminyakan mengatakan anggota OPEC itu akan memberikan kompensasi atas kelebihan produksi sejak awal 2024.
Di Rusia, Wakil Perdana Menteri Alexander Novak mengatakan pasar minyak global akan seimbang pada paruh kedua tahun ini dan setelahnya, berkat kesepakatan OPEC + mengenai pasokan produksi.
OPEC +, yang merupakan kelompok OPEC dan sekutunya seperti Rusia, menerapkan serangkaian pengurangan produksi sejak akhir 2022 untuk mendukung pasar. Kelompok tersebut sepakat pada 2 Juni untuk memperpanjang pemotongan terbaru sebesar 2,2 juta barel per hari hingga akhir September dan secara bertahap menghapuskannya mulai Oktober.
Novak juga mengatakan negaranya mungkin memutuskan untuk menerapkan kembali larangan ekspor bensin mulai Agustus jika terjadi kekurangan pasokan di pasar bahan bakar domestik. (ef)

Sumber : Admin