Minyak Tertekan di Tengah Ketidakpastian Politik di AS dan Timur Tengah
Monday, July 15, 2024       14:44 WIB

Ipotnews - Harga minyak sedikit berubah, Senin, karena ketidakpastian politik di Amerika dan Timur Tengah mendukung harga, mengimbangi tekanan dari penguatan dolar dan lemahnya permintaan di importir utama China.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 18 sen, atau 0,21%, menjadi USD84,85 per barel pada pukul 14.29 WIB, setelah ditutup melorot 37 sen pada sesi Jumat, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Senin (15/7).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, berkurang 15 sen atau 0,18% menjadi USD82,06 per barel.
Dolar, yang melesat setelah upaya pembunuhan yang gagal terhadap calon presiden Amerika Donald Trump, membebani harga minyak.
Apresiasi dolar cenderung menurunkan harga minyak karena pembeli yang menggunakan mata uang lain harus membayar lebih mahal untuk minyak mentah yang dibanderol dalam greenback.
"Saya kira kita tidak bisa mengabaikan ketidakpastian yang akan ditimbulkan oleh upaya pembunuhan akhir pekan ini di negara yang terpecah belah menjelang pemilu," kata analis IG, Tony Sycamore.
Di Timur Tengah, perundingan untuk mengakhiri konflik Gaza antara Israel dan Hamas terhenti, Sabtu, setelah tiga hari, meski seorang pejabat Hamas mengatakan pada hari berikutnya bahwa pihaknya belum menarik diri dari diskusi.
Namun, serangan Israel yang menargetkan pemimpin militer kelompok tersebut menewaskan 90 orang, Sabtu.
Ketidakpastian seputar situasi yang bergejolak ini membuat premi geopolitik minyak tetap tinggi.
Pasar minyak juga secara luas didukung oleh pengurangan pasokan dari OPEC + dan Kementerian Perminyakan Irak mengatakan pihaknya akan mengkompensasi kelebihan produksi sejak awal 2024.
Pekan lalu, Brent anjlok lebih dari 1,7% setelah empat minggu menguat, sementara WTI berjangka melorot 1,1% karena penurunan impor minyak mentah China, importir utama dunia, mengimbangi konsumsi musim panas yang kuat di Amerika Serikat.
"Meski fundamental masih mendukung, ada kekhawatiran permintaan yang meningkat, sebagian besar berasal dari China," kata analis ING yang dipimpin Warren Patterson.
Impor minyak mentah Tiongkok turun 2,3% pada semester pertama tahun ini menjadi 11,05 juta barel per hari, di tengah permintaan bahan bakar yang mengecewakan dan karena penyulingan independen memangkas produksi karena lemahnya margin keuntungan.
Produksi minyak mentah di kilang-kilang China menyusut 3,7% sepanjang Juni dari tahun sebelumnya menjadi 14,19 juta barel per hari, terendah 2024, menurut data bea cukai, Senin.
Perekonomian China melambat pada kuartal kedua karena pelemahan properti yang berkepanjangan dan ketidakamanan lapangan kerja yang membebani permintaan domestik, sehingga menjaga ekspektasi bahwa Beijing perlu mengeluarkan lebih banyak stimulus.
Di Amerika Serikat, jumlah rig minyak aktif, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, turun satu unit menjadi 478 pada minggu lalu, terendah sejak Desember 2021, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes, Jumat. (ef)

Sumber : Admin