Minyak Saingan Bergairah Lagi, Harga CPO Berjangka Melesat
Tuesday, July 16, 2024       13:52 WIB

Ipotnews - Harga minyak sawit (CPO) berjangka Malaysia menguat, Selasa siang, setelah dua sesi mengalami penurunan, didukung kontrak saingannya, Dalian dan Chicago, yang lebih kuat, serta estimasi ekspor yang lebih tinggi.
Kontrak berjangka CPO untuk pengiriman Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange melonjak 1,19% menjadi 3.920 ringgit (USD838,50) per metrik ton pada penutupan sesi pertama, demikian laporan  Reuters,  di Kuala Lumpur, Selasa (16/7).
"Kontrak tersebut diperdagangkan naik tajam menyusul pemulihan harga minyak kedelai berjangka Chicago dan kuatnya ekspor CPO Malaysia sepanjang Juli," kata Anilkumar Bagani, Kepala Riset Sunvin Group, broker vegetable oil yang berbasis di Mumbai.
Pasar diperkirakan kembali menguji angka 4.000 ringgit, ungkap seorang trader yang berbasis di Kuala Lumpur.
Kontrak minyak kedelai yang paling aktif di Dalian, naik 0,13%, sementara kontrak minyak sawit-nya melesat 1,5%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade meningkat 0,82%.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait, ketika mereka bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati global.
Ekspor produk minyak sawit Malaysia pada 1-15 Juli tumbuh antara 65,9% dan 75,6% dibandingkan bulan sebelumnya, menurut surveyor kargo Intertek Testing Services dan AmSpec Agri.
Surveyor kargo Societe Generale de Surveillance memperkirakan ekspor produk minyak sawit Malaysia pada 1-15 Juli sebesar 786.830 ton, dari 488.388 ton yang dikirimkan pada 1-15 Juni, menurut LSEG .
Harga minyak tergelincir, Selasa, di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi China yang menghambat permintaan, meski konsensus berkembang bahwa Federal Reserve akan mulai memotong suku bunga secepatnya September, membatasi penurunan.
Minyak mentah berjangka yang lebih lemah menjadikan CPO sebagai pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.
Harga CPO berjangka Malaysia diperkirakan rata-rata antara 3.850-4.000 ringgit per ton tahun ini, sedikit meningkat dari 2023, menurut Asosiasi Minyak Sawit Malaysia, Senin.
Ringgit, mata uang perdagangan sawit, melemah 0,17% terhadap dolar, menjadikan komoditas ini lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain. (ef)

Sumber : Admin