Minyak Berjangka Melambung 2%, Didorong Harapan Permintaan Musim Panas
Tuesday, July 02, 2024       03:57 WIB

Ipotnews - Harga minyak melambung sekitar 2% ke level tertinggi dalam dua bulan, Senin, di tengah harapan akan meningkatnya permintaan selama driving season musim panas di Belahan Bumi Utara serta kekhawatiran konflik di Timur Tengah dapat menyebar dan mengurangi pasokan minyak global.
Harga minyak berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melonjak USD1,60, atau 1,9%, menjadi USD86,60 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Senin (1/7) atau Selasa (2/7) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melesat USD1,84, atau 2,3%, menjadi USD83,38 per barel.
Itu adalah penutupan tertinggi bagi Brent sejak 30 April untuk hari ketiga berturut-turut, dan tertinggi untuk WTI sejak 26 April.
"Kompleks (energi) memulai minggu baru ini dengan kuat karena terus memperoleh dukungan dari...peningkatan premi risiko geopolitik terkait dengan ketegangan Israel-Hizbullah (dan) ekspektasi permintaan yang optimistis untuk bulan ini dengan beberapa kenaikan premi badai," ujar analis Ritterbusch and Associates.
Israel dan Hizbullah yang didukung Iran saling serang sejak dimulainya perang Gaza, dan kekhawatiran meningkat bahwa perang habis-habisan dapat terjadi antara kedua belah pihak.
"Hizbullah dan Israel tampaknya semakin dekat ke perang skala penuh yang berisiko melibatkan anggota OPEC Iran dan sekutu Syiahnya di Irak, Yaman, dan Suriah," kata Bob Yawger, Direktur Mizuho.
Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ), yang bersama dengan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, memperpanjang sebagian besar pemotongan produksi minyaknya hingga 2025.
Pemotongan produksi tersebut mendorong analis untuk memperkirakan defisit pasokan pada kuartal ketiga karena transportasi dan permintaan AC selama musim panas menggerogoti persediaan bahan bakar.
Meningkatnya permintaan bahan bakar membantu mendongkrak harga produk minyak Amerika sekitar 3%, Senin, dengan harga minyak solar berjangka ditutup pada level tertinggi dalam 10 minggu, dan harga bensin berjangka ditutup pada posisi tertinggi dalam delapan pekan.
Di Laut Karibia, Badai Beryl, badai besar yang sangat berbahaya, diperkirakan melewati Jamaika, Rabu, dan menghantam Semenanjung Yucatan di Meksiko, Jumat, sebelum melemah menjadi badai tropis dan memasuki Teluk Campeche di Teluk Meksiko, tempat Meksiko memproduksi sebagian besar minyaknya, pada Sabtu.
Data Inflasi
Sejauh minggu ini, pasar menerima data yang menunjukkan manufaktur Amerika mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut pada Juni karena permintaan tetap rendah, sementara penurunan ukuran harga yang dibayarkan oleh pabrik untuk input ke level terendah dalam enam bulan memperlihatkan bahwa inflasi dapat terus mereda.
Seiring berjalannya minggu, investor akan mencari lebih banyak tanda kapan Federal Reserve mulai memangkas suku bunga.
Pasar pertama-tama akan fokus pada pernyataan dari Chairman Fed, Jerome Powell, Selasa, diikuti rilis risalah dari pertemuan kebijakan terbaru bank sentral AS, Rabu, dan data penggajian non-pertanian Amerika, Jumat.
The Fed menaikkan suku bunga secara agresif pada 2022 dan 2023 untuk mengendalikan lonjakan inflasi. Suku bunga yang lebih tinggi mendorong biaya pinjaman bagi konsumen dan bisnis, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Harapan akan penurunan suku bunga oleh the Fed dan meningkatnya kekhawatiran politik di Eropa serta konflik antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon juga menopang harga, ungkap Tony Sycamore, analis IG.
Di Prancis, penentang gerakan sayap kanan negara itu berusaha membangun front persatuan untuk menghalangi jalan menuju pemerintahan National Rally (RN) di bawah Marine Le Pen, setelah partai tersebut memperoleh kemenangan bersejarah dengan memenangkan putaran pertama pemilihan parlemen dadakan. (ef)

Sumber : Admin