Mengatasi Kecemasan Pada Masa Pensiun
Monday, May 20, 2024       18:37 WIB

Pada artikel sebelumnya yang berjudul 'Gejala-gejala Kecemasan Karena Akan Pensiun' kita telah membahas berbagai gejala kecemasan yang dihadapi oleh orang yang akan memasuki pensiun. Gejala-gejala kecemasan ( anxiety ) itu tercermin dalam perilaku (pensiunan atau orang yang segera akan pensiun) dalam hal: (1) Keuangan, (2) Kesehatan, (3) Perasaan Kehampaan Diri (loneliness), (4) Kebosanan ( boredom ), dan (5) Perasaan Ketiadaan Tujuan Hidup ( purposeless ).
Kecemasan pada masa pensiun ( anxiety ) merupakan hal yang nyata, baik untuk orang-orang yang telah pensiun maupun yang akan segera pensiun. Di satu sisi, orang yang akan pensiun mungkin akan merasa sangat gembira ( excited ) karena dia akan segera memasuki periode emas ( golden periode ) hidupnya, di mana ia akan dapat mengerjakan hal-hal yang ia sukai ( hobby  atau  travelling ) yang sebelumnya tidak dapat dikerjakan karena kesibukannya bekerja dan mencari uang untuk menafkahi keluarganya.
Di lain sisi, seorang pensiunan mungkin akan merasa terlepas ( disconnected ) dari dunia luar (yang sebelumnya diasosiasikan dengan dirinya) dan merasa hidupnya menjadi hampa ( lonely ) dan tidak mempunyai tujuan lagi ( purposeless ).
Kecemasan pada masa pensiun ( anxiety ) yang ringan dapat terlihat dari gejala-gejala pada fisik seseorang, seperti susah tidur ( insomnia ), keluhan sakit kepala ( headache ) tanpa penyebab yang jelas, atau gangguan pencernaan seperti maag ( gastrointestinal issues ).
Pada kasus lainnya yang lebih berat, kecemasan pada masa pensiun ( anxiety ) dapat menyebabkan perubahan pada pola tidur ( sleeping disorder ) atau pada selera makan ( appetite ), atau disfungsi seksual, dan berujung pada kesulitan untuk berkonsentrasi dan tetap fokus pada pekerjaan. Kecemasan pada masa pensiun juga dapat menyebabkan perasaan mudah tersinggung, frustrasi, atau bahkan depresi.
Jika Anda mengalami satu atau lebih dari hal-hal yang telah kami sebutkan di atas, tetaplah membaca artikel ini sampai selesai, karena kita akan membahas tentang bagaimana caranya mengatasi berbagai kecemasan ( anxiety ) pada masa pensiun itu.
1. Pahami alasan mengapa anda pensiun dan mengapa anda menjadi cemas karenanya
Umumnya orang akan pensiun ketika umurnya sudah tua. Menjadi tua adalah sesuatu yang normal, dan semua orang akan mengalaminya. Demikian pula dengan pensiun. Semua orang yang bekerja, apakah sebagai pegawai perusahaan atau sebagai professional seperti guru, dokter, atau ahli hukum, pada akhirnya akan pensiun. Mengapa orang menjadi cemas karena akan memasuki usia pensiun?
Umumnya orang merasa cemas pada saat ia berpikir tentang masa pensiunnya, karena masa pensiun dianggap sebagai  periode akhir  dari hidupnya. Orang takut pada masa pensiun karena mengasosiasikan masa pensiun dengan usia tua, tidak berdaya, mulai sakit-sakitan, dan pada akhirnya mati.
Orang pun lalu mulai memikirkan hal-hal apa yang belum dikerjakannya, atau hal-hal apa yang seharusnya dulu dikerjakannya pada waktu masih muda. Berpikir tentang menjadi tua dan pada akhirnya mati meninggalkan dunia ini saja sudah pasti akan membuat Anda merasa cemas.
Kecemasan pada masa pensiun adalah hal yang normal dan akan dialami oleh setiap orang. Hal yang perlu dijaga adalah jangan sampai kecemasan akan pensiun, yang disebabkan oleh perasaan ketakutan menjadi tua dan mati, membuat Anda tidak dapat menikmati hidup ini.
Sesuatu yang ada di luar kontrol kita (menjadi tua, sakit-sakitan, dan mati), bukanlah kesalahan kita. Kita harus belajar untuk tidak menyalahkan diri kita atas hal-hal yang bukan salah kita dan tidak berada dalam kontrol kita.
2. Rencanakan pensiun anda untuk hal-hal non-keuangan
Kunci utama untuk masa pensiun yang nyaman adalah perencanaan pensiun ( retirement planning ) yang baik dan berhasil. Semakin baik perencanaan pensiun yang Anda lakukan, Anda akan semakin  yakin dan percaya diri  dalam menghadapi masa pensiun yang akan tiba itu. Perencanaan pensiun di sini bukan hanya meliputi perencanaan dari segi finansial saja, tetapi juga perencanaan pensiun untuk hal-hal non-finansial (misalnya dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, emosi, dan gaya hidup).
Perencanaan pensiun dari segi keuangan (finansial) sudah banyak kita bahas dalam artikel-artikel sebelumnya. Pada dasarnya, kita berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-petanyaan seperti kapan kita akan pensiun, di mana kita akan pensiun, dan berapa banyak Dana Pensiun yang harus kita miliki (untuk dapat pensiun dengan nyaman).
Perencanaan pensiun untuk hal-hal non-finansial meliputi perencanaan dari segi kesehatan (baik itu kesehatan fisik maupun kesehatan mental), dan juga perencanaan dari segi emosional (psikologis). Perencanaan pensiun untuk hal-hal non-finansial harus mempertimbangkan aspek-aspek sosial, emosi, dan gaya hidup yang pasti akan berubah ketika Anda memasuki usia pensiun (dari sebelumnya aktif bekerja).
Secara sistematis, perencanaan pensiun untuk hal-hal non-finansial dapat dibagi atas empat bagian ( area ) atau lingkaran ( rings ), yaitu: (1)  growth area : ini adalah area untuk pembelajaran seumur hidup, mencari pengalaman-pengalaman baru, dan mendukung tantangan hidup serta pertumbuhan sebagai manusia seutuhnya. (2)  community area : ini adalah jaringan sosialmu dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, (3)  health area : ini adalah upaya untuk cukup sehat untuk menikmati tahun-tahun pensiunmu, dan (4)  giving back area : ini adalah tindakan untuk menyumbangkan bakat, kemampuan, dan pengetahuan kepada orang lain.
3. Ubah persepsi Anda tentang masa pensiun (dan jangan pikirkan persepsi orang lain tentang diri Anda)
Pandanganmu tentang masa pensiun (menjadi tua, sakit-sakitan, dan akhirnya mati) seringkali sangat menakutkan dan dapat menimbulkan depresi dan kecemasan. Jika Anda merasakan bahwa mendekati masa pensiunmu Anda mulai menjunjukkan gejala-gejala kecemasan ( anxiety ), sekarang adalah saatnya untuk mengubah pandanganmu tentang masa pensiun itu.
Masa pensiun jangan lagi dipandang sebagai masa yang menakutkan, tetapi pandanglah masa pensiunmu, yang akan segera menghampirimu, sebagai bab baru penuh dengan lembaran-lembaran baru yang menunggu untuk dijelajahi ( explore ).
Anda mungkin ingin mengerjakan hobimu yang sudah lama tertunda akibat kesibukanmu bekerja, atau Anda ingin bepergian ( travelling ) mengunjungi tempat-tempat eksotis di tanah air atau di luar negeri. Anda juga dapat mulai lebih memperhatikan kesehatan, hidup lebih teratur, hanya makan makanan sehat, dan mengunjungi pusat kebugaran secara teratur.
Mungkin sebelumnya Anda masih memikirkan setumpuk pekerjaan hingga akhir minggu, sekarang Anda dapat mencurahkan waktumu sepenuhnya untuk keluarga. Anda dapat mulai menata ulang hidup Anda, tidak lagi pulang larut malam karena bekerja lembur atau sibuk melobi kolega bisnis. Anda dapat mulai menghubungi teman-teman masa kecil, bukan hanya kolega bisnis, untuk bersama-sama mengingat masa lalu yang manis.
4. Definisikan ulang diri Anda (kembangkan peran baru atas bidang-bidang dan hal-hal yang Anda suka)
Jika Anda seperti orang kebanyakan, maka pekerjaan Anda adalah apa yang mendefinisikan siapa diri Anda. Jika seseorang mulai bekerja, katakanlah sejak ia lulus kuliah pada usia 25 tahun, maka masa kerjanya adalah 30 tahun hingga ia pensiun pada usia 55 tahun. Jika orang itu bekerja sebagai ASN , atau pegawai di BUMN , maka praktis ia hanya mengenal satu majikan, walaupun bidang kerja yang digelutinya dapat bervariasi sepanjang karirnya.
Atau misalnya, seseorang bekerja sebagai profesional (guru, dokter, atau ahli hukum, da lain-lain), maka orang lain akan mengenalnya sesuai dengan profesi yang disandangnya. Jarang sekali ada kasus di mana seorang profesional akan pindah bidang pekerjaan sampai dia pensiun.
Predikat sebagai guru, dokter, atau ahli hukum, yang sudah disandang selama puluhan tahun, tentu akan sulit sekali untuk dilepas begitu saja pada waktu orang itu pensiun. Tetapi itu yang harus Anda lakukan ketika Anda pensiun: mendefinisikan ulang diri Anda sesuai dengan peran dan minat Anda yang baru.
Jika Anda tidak mendefinisikan ulang diri Anda, tetapi tetap bergantung pada identitas lama Anda sewaktu Anda masih aktif bekerja, maka Anda hanya akan membiarkan diri Anda masuk dalam situasi yang penuh kecemasan karena sesungguhnya pekerjaan itu sudah harus Anda tinggalkan pada waktu Anda pensiun.
5. Tetapkan sasaran hidup ( goals ) yang baru dan selaraskan sasaran hidup ( life goals ) yang baru itu dengan tujuan hidup  (life purpose )
Pada waktu pensiun, sangatlah penting untuk memiliki sasaran ( goal ) baru yang ingin dicapai dalam hidup ini karena sasaran ( goal ) hidup akan memberikan arah yang diharapkan, atau sesuatu yang dinantikan ( to look forward ) dan memberikan Anda suatu tujuan hidup ( life purposes ).
Sebagai pensiunan atau orang yang segera akan pensiun, sasaran ( goal ) hidup kita tentu berbeda dengan sasaran hidup kita sewaktu masih aktif bekerja. Sebagai pensiunan, sasaran hidup ( goal ) kita misalnya adalah menyumbangkan bakat, atau ilmu, atau pengetahuan, atau ketrampilan khusus lainnya kepada sesama.
Saya ambil contoh diri saya sendiri. Saya baru mulai menulis artikel tentang perencanaan keuangan ini, terutama banyak yang menyangkut perencanaan pensiun ( retirement planning ) karena ini sesuai dengan tujuan hidup ( life purposes ) saya pada masa pensiun, yaitu untuk memberikan kembali ( give back to others ) ke masyarakat sesuai dengan bakat dan bidang pengetahuan saya.
 Oleh : Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS