Mata Uang Emerging Market Terancam, Peluang Trump Meningkat
Monday, July 15, 2024       16:51 WIB

Ipotnews - Potensi kembalinya Donald Trump sebagai presiden AS berikutnya bisa menjadi berita buruk bagi mata uang  emerging market,  mengingat ancaman kebijakan ekonomi Trump yang proteksionis.
Won Korea Selatan memimpin penurunan yang lebih luas di Asia setelah upaya pembunuhan terhadap Trump selama akhir pekan meningkatkan peluangnya untuk memenangkan kursi kepresidenan.
Rupiah Indonesia dan baht Thailand menghentikan kenaikan selama delapan hari, sementara ringgit Malaysia merosot dari level tertingginya pada bulan Januari. Di tempat lain, peso Meksiko turun 0,8%, dengan rand Afrika Selatan turun 0,6%.
Investor khawatir bahwa rencana Trump untuk memangkas pajak dan menaikkan tarif, jika terpilih, dapat memicu inflasi dan meningkatkan kemungkinan Federal Reserve untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat lebih lama.
Menurut Sumitomo Mitsui Banking Corp, kebijakan proteksionis Trump juga dapat menjadi hambatan bagi keuangan eksternal negara berkembang.
"Saat ini, pasar sedang sangat berhati-hati," kata Fiona Lim, ahli strategi mata uang senior di Malayan Banking Bhd. "Kebijakan Trump bersifat inflasioner dan kembalinya kinerja ekonomi AS yang lebih baik dan kondisi suku bunga AS yang lebih tinggi dalam jangka panjang berpotensi menenggelamkan mata uang EM sekali lagi," ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Senin (15/7).
EM telah diuntungkan oleh meningkatnya peluang pelonggaran moneter di seluruh dunia karena inflasi menunjukkan tanda-tanda mereda. Indeks mata uang negara berkembang naik sekitar 1,5% dari level terendah lima bulan yang dicapai pada April lalu. Indeks obligasi dolar EM yang di- hedging  mata uang lokal EM tampaknya akan mengalami kenaikan bulanan ketiga.
Semua keuntungan tersebut bisa menghadapi risiko ketika para pedagang mengalami tekanan dari dominasi dolar selama masa jabatan Trump. Mata uang seperti yuan Tiongkok dan peso Meksiko, pada pemerintahan Trump, mengalami tekanan setelah ia mengenakan tarif yang lebih tinggi.
"Kebijakan Trump kemungkinan lebih proteksionis terhadap negara lain dan dapat menyebabkan hambatan bagi eksportir," kata Jeff Ng, kepala strategi makro Asia di Sumitomo. "Hal ini khususnya penting bagi negara-negara pengekspor di Asia. Risiko terhadap neraca transaksi berjalan dapat merugikan mata uangnya." (Bloomberg)


Sumber : admin