La Nina Berpotensi Hantam Lagi Return Obligasi Emerging Market
Monday, July 15, 2024       16:16 WIB

Ipotnews - Obligasi  emerging market , yang tahun ini tidak banyak diminati lagi, kembali akan menghadapi ancaman lain dalam beberapa bulan mendatang. Fenomena cuaca La Nina akan mendorong inflasi di negar-negara  emerging market .
Menurut Columbia Threadneedle Investments, kenaikan harga pangan kemungkinan akan membebani obligasi mata dalam uang Amerika Latin yang kinerjanya sudah lebih buruk dibandingkan obligasi global. Aset di negara-negara seperti Brasil, Argentina, dan Amerika Tengah sangat berisiko akibat peristiwa cuaca yang tidak dapat diprediksi.
National Oceanic Atmospheric Administration memperkirakan, ada kemungkinan 65% La Nina akan terbentuk dalam tiga bulan ke depan dan berlanjut hingga tahun 2025. La Nina mengacu pada periode suhu permukaan laut yang lebih dingin dari biasanya di Samudra Pasifik bagian tengah yang dapat menyebabkan kekeringan di Amerika Latin, merusak tanaman, dan menaikkan harga pangan. Hal ini juga dapat menyebabkan lebih banyak badai di Teluk Meksiko, yang mengganggu produksi minyak.
Gangguan cuaca menimbulkan faktor inflasi "yang mungkin memperlambat siklus pelonggaran oleh bank sentral di tempat-tempat seperti Amerika Latin," kata Adrian Hilton, kepala suku bunga global dan surat utang EM di Columbia Threadneedle di London. Bank sentral Kolombia, misalnya, "dapat menambahkan kemungkinan dampak iklim pada harga pangan ke dalam daftar kekhawatiran," imbuhnya seperti dikutip Bloomberg, Minggu (14/7).
Negara-negara EM telah diguncang oleh berbagai cuaca ekstrem dalam beberapa tahun terakhir yang dikaitkan dengan meningkatnya suhu global. Brasil Selatan mengalami banjir dahsyat pada bulan Mei, sementara kondisi kering memangkas jumlah kapal yang dapat menggunakan Terusan Panama pada bulan Juni.
Di Afrika, kekeringan terburuk di Zambia dalam empat dekade memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga. Sementara itu curah hujan yang rendah di India telah mendorong kenaikan biaya pangan di seluruh Asia.
Peristiwa-peristiwa tersebut telah memicu lebih lanjut terhadap inflasi global yang menguras hasil investasi dari surat utang EM. Obligasi mata uang lokal EM telah turun 0,7% tahun ini, lebih buruk daripada US Treasury yang telah turun 0,3%, menurut indeks yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Menurut Swiss Re Group, antisipasi pola La Nina mungkin memiliki dampak yang sangat kentara kali ini karena pola ini akan terjadi tiga bulan setelah pembalikan El Nino berakhir, yang merupakan kejadian ketiga sejak 1950,.
"Peristiwa cuaca buruk yang disebabkan oleh El Nino pada tahun 2023 dan 2024 dan kemungkinan juga oleh La Nina di musim panas, kemungkinan akan memperparah kesenjangan perlindungan pertanian dan properti yang sudah tinggi di seluruh wilayah," tulis ekonom Fernando Casanova Aizpun dan Caroline De Souza Rodrigues Cabral dalam catatan riset Mei lalu.
"Transisi cepat ke La Nina dapat memperpanjang periode inflasi tinggi selama tiga tahun karena harga pangan dan energi menjadi sasaran guncangan pasokan," tulis mereka.
TCW mengawasi Argentina dengan saksama karena kekeringan mengancam tanaman pangan, menekan peso, dan membebani cadangan devisa negara tersebut, ketika pemerintah tengah berupaya menstabilkan ekonomi.
Pengelola keuangan juga menjadi lebih "hati-hati" dari biasanya di Karibia dan Amerika Tengah setelah Badai Beryl, kata Mauro Roca, direktur pelaksana untuk EM dan analis obligasi negara di TCW, Los Angeles.
"Ini akan menjadi musim badai yang sangat aktif," katanya. "Tidak biasa terjadi badai skala lima pada saat ini. Itu mungkin peringatan tentang apa yang akan terjadi selama sisa musim badai."
Sebastian Boyd, Ahli Strategi Bloomberg berpendapat, El Nio telah berakhir, "sekarang waspadai La Niaa. El Nino cenderung membawa cuaca dingin dan basah ke AS dan Kanada, cuaca kering di Amerika Selatan, dan hujan di Australia dan Asia Tenggara.
Boyd menambahkan, El Nino juga sering kali berarti musim badai yang merupakan berita buruk bagi penyuling minyak Gulf Coast, pemilik rumah, dan perusahaan asuransi di Florida serta reasuransi global dan investor dalam obligasi bencana.
Dampak penuh dari La Nina yang akan datang pada pasar keuangan mungkin baru akan terasa pada paruh pertama tahun depan, mengingat fenomena tersebut memiliki dampak yang tertunda pada ekonomi riil, kata Roca dari TCW.
"Masih terlalu dini untuk memposisikan" portofolio yang lebih luas sehingga para pengelola dana "bersikap hati-hati dalam waktu dekat," katanya. (Bloomberg)


Sumber : admin