Gejala Kecemasan karena akan Pensiun
Tuesday, May 14, 2024       16:39 WIB

Sejauh ini kita hanya membahas Perencanaan Pensiun ( Retirement Planning ) dilihat dari segi keuangan ( financial aspect ) saja. Sebagai perencana keuangan, kita mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut ini: (1) Kapan kita akan pensiun, (2) Di mana kita akan pensiun, dan (3) Berapa banyak Dana Pensiun yang harus disiapkan (untuk dapat pensiun dengan nyaman).
Sesungguhnya, perencanaan pensiun tidak hanya mencakup aspek keuangan saja, tetapi juga aspek emosional dan aspek psikologis. Aspek keuangan memang sangat penting dalam setiap perencanaan pensiun ( retirement planning ), tetapi perencanaan pensiun tidak akan berhasil kalau kita melupakan aspek-aspek emosional dan aspek psikologis dari orang yang akan pensiun itu.
Kegagalan perencanaan pensiun, karena hanya berfokus pada aspek keuangan saja, dan melupakan aspek emosional dan aspek psikologis dari orang yang akan pensiun itu dapat menimbulkan berbagai 'penyakit' akibat kecemasan karena akan pensiun.
Misalnya, seorang pensiunan yang sebelumnya dikenal sebagai sebagai pejabat yang berpengaruh pada suatu instansi pemerintah dapat merasakan kehilangan semangat dan kekuatannya pada waktu ia mendekati masa pensiunnya. Atau, seorang programmer IT ( information technology ) pada suatu perusahaan swasta yang bergerak di sektor sekuritas mungkin akan merasa sangat khawatir bahwa kemampuannya tidak akan terpakai lagi di luar lingkup perusahaannya bekerja ketika ia pensiun nanti.
Bidang pekerjaan atau karir seseorang yang telah digeluti selama tiga puluh tahun, atau lebih, tidak dapat dipungkiri, akan sangat mewarnai kehidupan orang tersebut. Baik itu sebagai pejabat pemeritah, atau pun sebagai pegawai swasta, guru, dokter, ahli hukum, semua akan pensiun suatu saat nanti. Kita tidak ingin, pada waktu kita pensiun nanti, kita mengalami apa yang umum dikenal sebagai sindrom orang yang pernah berkuasa ( post power syndrome ), yaitu orang yang bersikap seakan-akan ia masih berkuasa, padahal ia telah pensiun.
Kami harapkan bahwa pembaca IPOTNEWS, terutama mereka yang akan segera pensiun, dapat semakin memahami masa pensiun yang akan dialaminya. Masa pensiun tidak harus menjadi masa-masa gelap dan menakutkan, dan kita tidak perlu merasa tidak berdaya apabila kita memiliki pemahaman yang baik tentang masa pensiun itu.
Gejala-gejala kecemasan ( anxiety ) yang sering dialami oleh orang-orang yang akan memasuki usia pensiun umumnya tercermin dari perilaku orang tersebut dalam hal:
1. Keuangan
Hal keuangan adalah hal yang paling sering menimbulkan kecemasan pada orang yang mendekati usia pensiun. Bahkan terhadap orang-orang yang telah melakukan perencanaan keuangan dengan baik, dan telah mempersiapkan masa pensiunnya, sering kali mereka tidak sepenuhnya yakin apakah Dana Pensiun yang telah mereka kumpulkan itu sudah mencukupi (untuk hidup dengan nyaman) atau belum.
Hal ini wajar, karena perencanaan keuangan bukanlah ilmu eksak, yang bisa dihitung dengan kepastian seratus persen. Misalnya, kita tidak tahu berapa lama kita akan hidup di dunia ini, kita bahkan tidak tahu berapa besar tingkat inflasi tahun depan, sehingga kita juga tidak bisa yakin sepenuhnya bahwa Dana Pensiun yang telah kita persiapkan akan cukup selama kita masih hidup.
2. Kesehatan
Kita tidak pernah bisa memastikan bahwa tubuh kita akan tetap sehat selamanya. Hal yang pasti adalah, semakin tua usia kita, maka tubuh kita akan makin lemah dan semakin sering jatuh sakit. Demikian pula dengan biaya-biaya perawatan Kesehatan, semakin tua usia kita, semakin besar biaya yang harus dikeluarkan.
Kekhawatiran akan kesehatan dan besarnya biaya-biaya perawatan kesehatan pada masa pensiun seringkali menimbulkan kecemasan pada orang yang akan memasuki usia pensiun. Pada waktu masih aktif bekerja, setidaknya kita tidak harus cemas atas biaya-biaya perawatan kesehatan karena semua biaya perawatan kesehatan akan ditanggung oleh perusahaan tempat kita bekerja.
3. Kehampaan Diri ( loneliness )
Satu hal yang sering menghantui pikiran orang yang akan memasuki usia pensiun, atau orang yang baru saja pensiun adalah perasaan bahwa dirinya akan terkucil dari lingkungan kerja yang sebelumnya telah digeluti selama tiga puluh tahun atau bahkan lebih lama lagi. Lingkungan kerja yang dinamis, penuh dengan meeting dan target bulanan yang ketat pada waktu ia masih aktif bekerja tidak ada lagi pada masa pensiun.
Di satu sisi, tidak terbebani dengan jadual yang ketat merupakan kebebasan, tetapi di lain pihak, kebebasan itu menimbulkan rasa hampa ( loneliness ) karena tidak lagi menjadi bagian dari dinamika lingkungan kerja di mana ia sebelumnya merupakan bagian dari padanya.
Bayangkanlah Anda telah pensiun, dan suatu ketika Anda datang berkunjung ke kantor lama tempat Anda bekerja dulu. Anda akan melihat mantan rekan-rekan kerja Anda yang sedang sibuk bekerja (sementara Anda hanya datang berkunjung tanpa agenda yang penting untuk dilakukan). Anda akan merasa diliputi oleh perasaan hampa ( loneliness ) pada lingkungan yang sama yang dulu menjadi bagian dari hidup Anda.
4. Kebosanan
Bagi kebanyakan orang yang baru pensiun, setelah beberapa bulan menikmati masa pensiun, ia kemungkinan besar akan mulai merasa bosan dengan irama hidup masa pensiun yang monoton (sama setiap hari). Hal yang sama juga yang dipikirkan oleh orang yang akan memasuki usia pensiun (dan membuatnya cemas bahwa hal yang sama akan dialaminya juga).
Bayangan tentang masa pensiun yang monoton dan membosankan dapat menimbulkan gejala-gejala kecemasan ( anxiety ) bagi orang yang akan memasuki masa pensiun. Semakin dekat ia pada masa pensiun itu, semakin cemas ia bahwa hidupnya akan berjalan monoton dan membosankan.
5. Ketiadaan Tujuan Hidup
Bagi seorang karyawan atau professional yang sangat menjunjung tinggi hasil kerjanya, masa pensiun mungkin akan dipandang sebagai masa di mana ia menjadi tidak berguna lagi, tidak penting lagi, atau tidak relevan lagi. Akibatnya, pada waktu ia mulai memasuki usia pensiun, ia dapat kehilangan rasa percaya dirinya (yang dulu sangat kuat terkait dengan karir pekerjaan yang dijunjung tinggi olehnya).
Bagi orang seperti ini, masa pensiun dapat berarti masa yang gelap dan menakutkan. Bukan saja rasa percaya dirinya yang hilang, kehilangan pekerjaan (karena pensiun), pada kasus yang parah, dapat mengakibatkan timbulnya perasaan kehilangan tujuan hidup.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS