Aktivitas Sektor Manufaktur Asia Meningkat di Juni, Didukung Permintaan Global
Monday, July 01, 2024       14:22 WIB

Ipotnews - Aktivitas sektor manufaktur di Asia meningkat pada Juni lalu, karena momentum ekonomi global yang kuat dan prospek yang cerah untuk produksi semikonduktor.
Beberapa hasil survei yang dirilis Senin (1/7) itu menawarkan harapan bagi para pembuat kebijakan bahwa kawasan Asia dapat mengatasi pukulan dari permintaan China yang lemah.
Kendati demikian tekanan biaya terindikasi masih membebani produsen di negara-negara seperti Jepang. Yen yang lemah meningkatkan harga yang dibayarkan perusahaan untuk mengimpor bahan bakar dan bahan baku.
Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur global Caixin/S&P China naik menjadi 51,8 pada Juni lalu dari 51,7 di Mei. Hasil survei swasta itu menunjukkan bahwa aktivitas pabrikan tetap berada di atas garis impas 50,0 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi. Perubahan ini menunjukkan kenaikan tercepat dalam lebih dari tiga tahun, dan melampaui perkiraan pasar sebesar 51,2.
Data tersebut berlawanan dengan rilis indeks PMI resmi China, Minggu kemarin, yang menunjukkan aktivitas manufaktur China turun untuk bulan kedua pada Juni lalu dan aktivitas jasa merosot ke level terendah dalam lima bulan.
Survei tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan China telah meningkatkan produksi meskipun permintaan domestik lemah. Beijing dinilai gagal membangkitkan sektor manufaktur dengan mengucurkan paket penyelamatan untuk sektor properti yang sedang terpuruk.
Namun demikian, tanda-tanda bahwa kawasan Asia diuntungkan oleh permintaan global yang kuat, ditunjukkan oleh hasil survei pertumbuhan aktivitas pabrik Korea Selatan yang meningkat pada Juni lalu, menjadi yang tercepat dalam 26 bulan terakhir karena melonjaknya pesanan baru.
Hasil survei terbaru juga menunjukkan aktivitas pabrik di Vietnam dan Taiwan meningkat pada Juni lalu dengan kecepatan yang lebih cepat daripada bulan Mei.
"Data bulanan lainnya yang memberikan bukti lebih lanjut bahwa aktivitas industri dan perdagangan global meningkat," kata Joe Hayes, kepala ekonom di S&P Global Market Intelligence, tentang aktivitas pabrik Korea Selatan.
Data tersebut, "Dipandang sebagai penentu ekspor karena integrasinya dalam rantai pasokan untuk barang-barang antara utama seperti baterai dan semikonduktor, output dan pesanan manufaktur Korea Selatan sering kali memberikan sinyal utama akan tren secara lebih luas," imbuhnya seperti dikutip Reuters, Senin (1/7).
Aktivitas pabrik Jepang juga meningkat pada Juni lalu, tetapi pada kecepatan yang lebih lambat dibanding Mei. Ini karena perusahaan-perusahaan harus berjuang menghadapai peningkatan biaya akibat pelemahan yen.
Hasil survei menunjukkan, indeks PMI manufaktur akhir dari au Jibun Bank Jepang berada di angka 50,0 pada garis impas yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi, setelah perbaikan singkat menjadi 50,4 pada Mei lalu.
Indeks lain yang mengukur ekspektasi output masa depan perusahaan-perusahaan Jepang naik ke level tertinggi dalam enam bulan berkat prospek jangka menengah yang lebih baik untuk sektor otomotif dan chip.
Sementara itu, aktivitas di sektor manufaktur India bangkit kembali bulan lalu karena output meningkat berkat permintaan yang kuat. Menurut hasil survei, perkembangan ini mengarah pada tingkat perekrutan tercepat dalam lebih dari 19 tahun.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Asia akan mengalami  soft landing  karena inflasi yang moderat menciptakan ruang bagi bank-bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneter guna mendukung pertumbuhan. IMF memperkirakan pertumbuhan di kawasan tersebut akan melambat dari 5% pada tahun 2023 menjadi 4,5% tahun ini dan 4,3% pada tahun 2025. (Reuters)

Sumber : admin